Senin, 14 Agustus 2017

Desa Duren

 
Desa Duren
 
 

        Desa Duren merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Sumowono kabupaten Semarang. Namun, tidak banyak orang yang mengetahui letak desa ini. Hal ini dikarenakan, desa Duren terletak dipedalaman kecamatan Sumowono. Untuk sampai ke desa Duren membutuhkan waktu sekitar satu jam dari kecamatan Sumowono. Selain itu, akses jalan menuju desa Duren sangatlah susah. Tidak ada transportasi selain kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil pick up yang memasuki desa Duren. Kondisi tanah yang labil mengakibatkan jalan yang sudah dibangun pemerintah tergerus oleh faktor alam (pergeseran tanah). Tidak semua orang mempunyai keberanian untuk sampai di desa Duren. Tanjakan jalan yang curam, berkelok, penuh lubang dan licin ketika hujan menjadikan tantangan tersendiri bagi warga dan pengunjung desa.

            Desa Duren terdiri dari empat dusun, yaitu dusun Sekeper, Duren, Brujulan dan Kaligintung. Jarak antar keempat dusun itu sangatlah jauh, dan dipisahkan oleh hutan. Misalnya dusun Kaligintung, untuk sampai ke dusun Kaligintung dapat ditempuh dengan dua jalur dari dusun Duren yang merupakan pusat keseketariatan desa. Jalur pertama hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki, dan jalur kedua dapat ditempuh menggunakan kendaraan bermotor. Waktu tempuh jalur pertama melalui pendakian, dibutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke dusun Kaligintung. Bagi para petualang, disarankan memilih jalur pendakian untuk sampai ke dusun Kaligintung, dengan pemandangan hutan yang serba hijau; beraneka ragam tanaman hutan seperti pohon aren, karet, kopi, kayu manis dan tanaman perdu lainnya dijumpai disepanjang jalan; gemercik aliran air sungai yang klasik; suara gesekan bambu dan suara burung hutan. Jalur pendakian sangat asyik dilakukan dengan berkelompok ramai. Jangan lupa mengabadikan moment kalian saat berpetualang ya sobat! Namun, jika tidak yakin dengan kemampuan berjalan kaki, bisa memilih jalur kedua yaitu dengan menggunakan kendaraan bermotor. Waktu tempuh yang diperlukan sekitar satu jam perjalanan. Rute yang dilewati meliputi dusun Sekeper, desa Pledokan, desa Trayu, desa Candi Garon, desa Kemitir dan baru sampai di dusun Kaligintung. Pastikan bahwa kalian mempunyai kemampuan untuk menguasai kendaraan bermotor dengan baik, karena sekali lagi medan jalan yang curam dan menantang.

            Mayoritas warga desa Duren beragama Islam. Namun, pengetahuan dan pengamalan agama di desa ini masih kurang. Sama halnya dengan mayoritas warga pegunungan lainnya. Sehingga diperlukan sukarelawan muslim yang mempunyai tekad untuk menyebarkan, mengamalkan dan mengajarkan agama Islam di desa - desa pedalam seperti desa Duren. Tempat peribadatan (masjid) masih sepi jama’ah sholat fardhu, baik waktu dhuhur, ashar, magrib, isya’, maupun subuh. Lantunan ayat suci al-Qur’an jarang terdengar dari speaker masjid. Bahkan, banyak anak-anak SD seumuran 12 tahun belum mengetahui aksara arab, harakat, apalagi bacaan tajwid. Semangat anak - anak untuk belajar agama maupun umum sangatlah tinggi, namun dari orang tua mereka pun masih banyak yang buta aksara arab dan buta pengetahuan; masih jarang pengunjung yang mau menetap lama didesa Duren untuk mengajarkan berbagai ilmu kepada warganya,

            Warga desa Duren sangatlah ramah dengan kedatangan orang baru yang mengunjungi desa. Segala jenis makanan yang dimiliki tuan rumah dikeluarkan untuk menjamu pengunjung yang datang kedesa. Mereka sangat senang apabila ada pengunjung datang. Pak Eko, mantan sekretaris desa Duren yang sekarang ditugaskan sebagai satpol PP di kecamatan Sumowono salah satu warga desa Duren yang mempunyai tekad besar untuk dapat mengubah pola berpikir dan kehidupan warga desa Duren menjadi lebih baik lagi, tidak menjadi desa yang tertinggal. Untuk mengubah pola pikir warga tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ucap beliau. “Namun, saya yakin suatu saat nanti desa Duren dapat menjadi desa yang maju dan bisa mengolah kekayaan alam yang dimilikinya, walaupun membutuhkan waktu yang sangat lama”.

            ~semoga menginspirasi~ Pesan untuk para pemuda: “Yuukk, mumpung masih muda, fisik, pikiran masih kuat untuk bekerja, gunakan untuk hal - hal positif ya... saling tolong-menolong untuk membangun Indonesia menjadi negara yang mampu mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki negara kita”. Pengabdian terbesar apa yang sudah kamu lakukan??

introduction

Haiiii.....
Perkenalkan, saya Wahyu Bunga Sari salah satu alumni mahasiswa Universitas Islam Negeri di Semarang. Saya dilahirkan di suatu desa bagian dari kecamatan Wonosalam. Tepatnya di desa Kendaldoyong, dukuh Karang Sambung kabupaten Demak. Anak kedua dari tiga bersaudara. Dari SD sampai SMA, saya bersekolah di Demak. Setelah menginjak mahasiswa saya merantau di kota tetangga, yaitu Semarang, tepatnya di Ngaliyan. Hobi saya bersepeda. Disetiap libur kuliah, saya selalu menyempatkan bersepeda mengelilingi desa-desa disekitar rumah. Selain menjadikan rileks otot-otot kaki dan menyegarkan pikiran, bersepeda didesa dapat menambah pengetahuan mengenai perkembangan yang ada di desa. Baik dari pembangunan desa meliputi jalan, waduk, sekolah, maupun kantor kelurahan; panen musiman; kondisi sungai; bahkan ternak yang banyak dipelihra warga. Mengenai cita - cita, saya ingin menjadi seorang pendidik, banker, pegawai kemenkumham dan pengusaha. Banyak ya cita - citanya? Yups.. bercita - citalah setinggi langit, sebaik mungkin.. dan jangan lupa, pertahankan cita - cita yang sudah diimpikan ya... dengan berusaha dan do'a pastinya. Yakinlah, bahwa Allah akan memilihkan jalan yang terbaik untuk hambanya. Dan usaha tidak akan menghianati hasil. OK!!! Sekarang, apa hobi dan cita-cita kamu?